PENDIDIKAN SEBAGAI SUB SISTEM SOSIAL
A. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Segala sesuatu yang ada di dunia ini, dari yang besar hingga yang
kecil, dari tata surya hingga seekor semut, dapat dipandang sebagai sistem.
Apabila pandangan ditujukan pada sebuah sistem tertentu maka sistem-sistem lain
di luar sistem dimaksud di pandang sebagai supra sistem. Misalnya saja kita
sedang menujukan pandangan kepada pendidikan maka sistem-sistem yang lain di
luar sistem pendidikan seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial,
sistem pasar, dan sebagainya dapat dipandang sebagai supra sistem.
Berjalannya sebuah sistem adakalanya berhubungan dengan supra
sistemnya dan adakalanya tidak berhubungan dengan supra sistemnya. Apabila
berjalannya sebuah sistem berhubungan dengan supra sistemnya maka sistem
tersebut dinamakan sistem terbuka. Misalnya sekolah, pasar, rumah sakit,
manusia (orang), sapi, tanaman, dan sebagainya. Sebaliknya, jika sebuah sistem
berjalan tanpa berhubungan dengan supra sistemnya melainkan hanya berhubungan
dengan komponen-komponen yang ada di dalam sistem saja maka sistem yang
demikian disebut sebagai sistem tertutup. Misalnya jam, kipas angin, AC, dan
sebagainya. Namun demikian perlu disadari bahwa sebenarnya tidak ada sistem
yang sepenuhnya terbuka dan tidak ada pula sistem yang sepenuhnya tertutup.
Pendidikan merupakan salah satu sistem terbuka, karena pendidikan
itu tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa berhubungan dengan
sistem-sistem lain di luar sistem pendidikan. Ciri-ciri pendidikan sebagai
sebuah sistem terbuka antara lain:
1. Mengimpor
energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan mendatangkan pengajar,
uang, alat-alat belajar, para peserta didik, dan sebagainya dari luar lembaga
pendidikan.
2. Memiliki
pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam aktivitas belajar dan
pembelajaran.
3. Menghasilkan
output atau mengekspor energi, materi, dan informasi.
4. Merupakan
kejadian yang berantai. Memproses peserta didik (input pendidikan) merupakan
kegiatan yang beruang-ulang dan saling berkaitan.
5. Memiliki negative
entroppy, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara membuat impor
lebih besar dari pada ekspor. Dalam pendidikan hal ini dilakukan dengan cara
mengantisipasi perubahan lingkungan dan memperbaiki kerusakan.
6. Memiliki
alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri.Segala informasi yang
terkait dengan pendidikan dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan untuk
mengambil keputusan dalam rangka mempertahankan dan memperbaiki pendidikan.
7. Ada
kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki diri, memajukan diri agar tidak ketinggalan zaman, bahkan berusaha
mengantisipasi dan menyongsong masa depan.
8. Memiliki
deferensiasi, yakni spesialisasi-spesialisasi. Dalam organisasi pendidikan ada
bagian pengajaran, keuangan, kepegawaian, kesiswaan/ kemahasiswaan dan
sebagainya. Masing-masing bagian ini masih dapat dipilah-pilah menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
9. Ada
prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama.
Para pendidik boleh berkreasi menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dalam
usaha memajukan pendidikan.
B. FAKTOR-FAKTOR
(SUPRASISTEM) YANG MEMPENGARUHI PEDIDIKAN
Sebagimana telah dikemukakan, pendidikan dikatakan sebagai sistem
terbuka karena tidak mungkin sebuah sistem pendidikan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila pendidikan itu tidak menjalin hubungan dengan
lingkungannya (supra sistemnya) terlebih lagi bila jika pendidikan itu
mengisolasi diri dari lingkungannya. Pendidikan itu ada di tengah-tengah
masyarakat dan ia adalah milik masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab
pemerintah/ sekolah, orang tua, dan masyarakat.Oleh karena keberadaan
pendidikan yang seperti itu maka apa yang berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Filsafat
negara
2. Agama
3. Sosial
4. Budaya
5. Ekonomi
6. Politik
7. Demografi
Ketujuh faktor tersebut merupakan supra sistem dari sistem
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan berada
dalam tekanan supra sistemnya. Pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak
ketujuh sistem yang berada dilingkungannya. Namun demikian, jika pendidikan
hanya menyesuaikan diri atau menjadi pengikut setia dari supra sistem atau
faktor-faktor tersebut maka pendidikan akan selalu berada di belakang tanpa
kreativitas dan tanpa inisiatif apapun. Oleh karena itu, di samping mengikuti
kemauan atau tekanan faktor-faktor yang ada dalam lingkungannya, pendidikan
hendaknya dapat melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor luar
atau supra sistemnya. Antisipasi ini dapat menjadi dasar untuk mengadakan
pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan
tampak memiliki kreasi dan inisiatif yang bisa ditunjukkan kepada faktor-faktor
luar (supra sistemnya) dan sekaligus dapat berfungsi sebagai mercusuar terhadap
lingkungannya sehingga pendidikan dapat menjadi penerang, contoh, dan teladan
bagi lingkungannya.
C. LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa sebuah sistem memiliki
sejumlah komponen dan tiap-tiap komponen disebut sebagai sub-sistem. Ketika
pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, maka lembaga pendidikan berkedudukan
sebagai salah satu sub-sistem dari sistem pendidikan. Selanjutnya, jika lembaga
pendidikan itu dipandang sebagai sistem yang berdiri sendiri, maka ia memiliki
sejumlah komponen yang menjadi sub-sistemnya. Sistem sekolah atau perguruan
tinggi (lembaga pendidikan) secara garis besar memiliki komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Subsistem
tujuan
2. Subsistem
manajemen
3. Subsistem
prosesing peserta didik
4. Subsistem
lingkungan
Selanjutnya apabila lembaga atau organisasi pendidikan dipandang
sebagai instrumen untuk memproses peserta didik maka ia akan
memiliki subsistem dan sub-subsistem sebagai berikut:
1. Subsistem
perangkat lunak yang mencakup:
a. Sub-subsistem
manajemen
b. Sub-subsistem
struktur
c. Sub-subsistem
teknik
d. Sub-subsistem
bahan pelajaran
e. Sub-subsistem
informasi
2. Subsistem
perangkat keras yang mencakup:
a. Sub-subsistem
prasarana, seperti jalan, lapangan olah raga, dan halaman sekolah
b. Sub-subsistem
sarana/fasilitas, seperti gedung, laboratorium, perpustakaan, media
pembelajaran, alat-alat belajar, alat-alat peraga
c. Sub-subsistem
biaya
d. Sub-subsistem
personalia (orang) yang mencakup pengelola, pengawas, pendidik, pelatih,
pembimbing, dan tenaga-tenaga penunjang pendidikan lainnya.
Jika manajemen lembaga pendidikan (sekolah/perguruan
tinggi) dipandang sebagai sistem, maka akan memiliki subsistem-subsistem
sebagai berikut:
1. Subsistem
struktur, yang menyangkut unit kerja, deskripsi tugas, persyaratan
kemampuan/keterampilan, teman kerja, tim, dan atasan
2. Subsistem
teknik, terdiri dari teknik memproses peserta didik atau proses belajar dan
pembelajaran dan teknik tata kerja administrasi atau ketatausahaan
3. Subsistem
personalia yang menyangkut semua kegiatan bertalian dengan personalia,
memotivasi, kepangkatan, kesejahteraan, dan pembinaan profesi
4. Subsistem
informasi yang mencakup menjaring informasi, menganalisis informasi, dan
menyimpan semua informasi yang bertalian dengan pendidikan
5. Subsistem
lingkungan (HUMAS), ialah bagian yang menangani kerjasama antara lembaga dengan
lingkungan atau masyarakat.
Apabila lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) dipandang
sebagai sistem pengembangan peserta didik, maka akan memiliki
subsistem-subsistem sebagai berikut:
Subsistem input (peserta
didik yang baru masuk)
Subsistem proses (proses
pembelajaran)
Subsistem output (lulusan)
Apabila proses belajar dan pembelajaran dipandang sebagai suatu
sistem, maka akan akan memiliki subsistem-subsistem sebagai berikut:
1. Subsistem
materi pembelajaran
2. Subsistem
metode pembelajaran
3. Subsistem
alat dan media pembelajaran
4. Subsistem
lingkungan pembelajaran
5. Subsistem
manajemen dan administrasi kelas
6. Subsistem
siswa/mahasiswa
7. Subsistem
pendidik
8. Subsistem
pengawas atau supervisor
9. Subsistem
evaluasi dan umpan balik
D. ANALISIS SISTEM DALAM PENDIDIKAN
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuanpendidikan secara efektif dan efisien. Prinsip
utama penggunaan analisis sistem dipersyaratkan dalam menangani permasalahan
pendidikan agar para pelaksana pendidikan berpikir secara sistematis, yakni
memperhitungkan segenap komponen pendidikan dalam menangani permasalahan
pendidikan. Cara demikian diperlukan agar setelah melihat adanya suatu
alternatif tidak terburu-buru mengambil keputusan dengan menganggap atau
menetapkan bahwa alternatif tersebut merupakan satu-satunya yang dapat
digunakan. Jika seorang guru mendapati siswanya sering tidak hadir, tidak
seharusnya sang guru langsung menetapkan pemecahan masalah dengan hukuman
karena siswa tersebut dianggap pemalas. Anggapan bahwa hukuman tersebut
merupakan satu-satunya cara atau alternatif yang paling ampuh disertai
pelaksanaan hukuman yang terkesan terburu-buru, maka cara pemecahan masalah
yang demikian itu sangatlah tidak bijaksana karena tidak didasarkan pada cara
pemecahan masalah yang sistematis. Guru yang menempuh pendekatan sistematis
(menyeluruh, terstruktur, teratur, dan terukur) baru mengambil keputusan
setelah lebih dulu melacak semua hal yang diperkirakan menjadi penyebab
terjadinya suatu masalah atau peristiwa. Terkait dengan permasalahan tersebut,
patut diduga bahwa siswa yang bersangkutan memang benar-benar pemalas (komponen
murid), atau ada guru yang tidak disukainya sehingga menimbulkan keengganan
untuk belajar (komponen guru), atau ada sejumlah mata pelajaran tidak disukai
sehingga enggan mempelajarinya (komponen kurikulum), atau karena ada
sebab-sebab lain yang terdapat di lingkungan sekolah sehingga menimbulkan
keengganan untuk hadir dan belajar di sekolah.
Semua hal sebagaimana tersebut patut diduga dan perlu ditelusuri
agar guru dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan porsi dan
proporsinya dalam mengmbil tindakan untuk memecahkan masalah. Misalnya saja,
jika dari penelusuran ditemukan bahwa penyebab ketidkhadiran siswa adalah
tugas-tugas rumah tangga yang terlalu banyak dari keluarga di mana siswa
menumpang, maka pemecahan masalah yang tepat tidak dengan hukuman melainkan
melakukan pendekatan kepada keluarga yang ditumpangi siswa dan memberikan
pengertian agar keluarga tersebut memberikan waktu yang cukup untuk belajar
kepada siswa yang bersangkutan.
Gambaran sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk dapat
memecahkan masalah pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan perlu
dikenali secara tuntas agar dapat ditemukan komponen mana yang bermasalah dan
perlu dibenahi atau dikembangkan sehingga segenap komponen dapat berfungsi
secara maksimal. Bila semua komponen sudah baik, mungkin saja hubungan antar
komponen yang bermasalah. Jika demikian halnya, maka yang perlu diperbaiki
adalah hubungan antar komponen, sementara itu komponen-komponennya sendiri
belum memerlukan perbaikan. Jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka
hal-hal yang perlu diusahakan antara lain; menemukan komponen yang mengandung
kelemahan, menemukan hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan, dan
memperbaiki komponen atau hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan.
Demikian inilah cara berfikir sistematis dalam memecahkan masalah, dan inilah
arti efisiensi serta efektifitas analisis sistem.
Dalam situasi tertentu, bukanlah hal yang mustahil jika analisis
sistem terhadap permasalahan pendidikan membuahkan keputusan tentang perlunya
dilakukan perombakan sistem secara total. Misalnya, jika komponen-komponen
pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum situasi dan hubungan antar
komponen tidak lagi berjalan dengan baik. Dalam situasi seperti ini secara
keseluruhan sistem harus diganti karena perbaikan terhadap komponen-komponen
tertentu akan berarti pemborosan yang amat sangat.
Penggunaan analisis sistem merupakan strategi yang sangat baik
untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan. Analisis sistem tidak sja
berguna untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat mikro meleinkan
juga sangat berguna ntuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat
makro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar